Romantisme Diet, Konmari Method, hidup minimalis dan zerowaste (minim sampah) dalam keseharian saya

Bentar-bentar, mbok ya kalo bikin judul tulisan tuh yang pendek. Ini bukan tesis apalagi disertasi. 😆😆😆

Yaaa maap, soalnya nganu... (aslinya sih gatau cara menjadikan judul diatas itu lebih padat kek manaaa.. Ada saran kah, minna san? #malahnanya)

Oke, bahasan judul, ntarsok lagi lah yaa.. 

Jadi, ini sebenernya nulis sambil gemeter ga pede, karena tulisan ini by rikues materi yang diminta saya share oleh guru kelas belajar zerowaste saya, mb Dini yang luar biasa..

Jadi ceritanya tuh begini..

Kalo ditanya kapan saya memulai gaya hidup zw, jawabnya agak bingung juga. Hahahaha. Secara nggak terencana, pola hidup minim sampah (less waste) otomatis dimulai beberapa tahun lalu, sejak saya memutuskan secara konsisten pindah dari pola makan umum ke pola makan FC vegetarian sekitar akhir tahun 2014.

Lha apa hubungannya?

Jadi gini, dalam pola hidup FC jenis kombinasi makanan yg diasup setiap hari harus berdasarkan juklak (petunjuk pelaksanaan) yang ada. Sebagai awal, waktu itu saya mengikuti pola ini dibarengi dengan mulai belajar lifestyle vegan/vegetarian. 

Pola makan FC otomatis memangkas pola jajan harian saya dari berbagai jananan umum ke jajanan vegan, untuk bisa membeli jajan vegan, saya harus membawa sendiri wadah atau menggunakan bahan ramah lingkungan seperti daun pisang. Walaupun beberapa pedagang masih menggunkan plastik kemasan, jumlahnya sudah sangat sedikit sekali (misalnya, wadah tahu atau kacang2an dalam jumlah besar/bulk). Pembelian bahan makanan lokal sangat disarankan juga.

Saya pribadi sudah memahami bagaimana animal agriculture dan perkebunan sawit menyumbangkan perubahan besar pada iklim di bumi, itu sebabnya saya juga beralih ke pola makan lebih ramah lingkungan, vegetarian (saya masih makan telur waktu itu 1 tahun sekitar 2 ato 3 butir 😁)

Saya juga memulai regrow beberapa sayuran. Misalnya cabe, daun bawang, kangkung, wortel. Yaa memang ada yg berhasil tumbuh ada yang gagal. Dalam bertanam, kami tidak menggunakan pupuk pabrikan, hanya mengandalkan pupuk kompos saja.

Beralih juga ke pola hidup minim bahan kimia dirumah. Sabun mandi dan sampo digantikan baking soda, sabun cuci piring beralih ke sabun dengan green label. Juga perabotan lebih ramah lingkungan (stainless steel, kayu, kaca tahan panas). Sudah sangat mengurangi belanja hal-hal yang memang tidak sesuai dengan pola hidup vegan/vegetarian. 😁

Proses awal minim sampah hanya demikian, lebih banyak men-CEGAH masuk daripada pilah dan olah.

Tapi pada waktu itu saya belum ketemu dengan Konmari Method sebagai salah 1 metode berbenah yang menurut saya sangat membantu juga dalam menerapkan pola hidup minim sampah.

Saya mengenal metode Konmari ini sekitar tahun 2017, kenalnya setelah saya buanyaakk sekali mencari tahu soal bagaimana menjadikan rumah lebih tertata, termasuk didalamnya bahasan mengenai minimalism, bertujuan supaya tumpukan barang tapi tidak terpakai di rumah berkurang. Bahkan kalau bisa hilang semua. Sampai akhirnya saya menemukan bahasan tentang metode konmari. Pertama kali saya menerapkan metode ini, yang berhasil bertahan lama adalah DAPUR. 😁

Pencarian saya akan metode berbenah yang efektif, membawa saya ketemu dengan kelas trial KKI (komunitas konmari indonesia) pada bulan september 2017 (kalo ga salah inget), dari situ makin bersemangat mempelajari dan menerapkan konmari. Sampai akhirnya saya ikut kelas shokyuu batch 1 KKI (sekarang Gemar Rapi) selama 3 bulan. Sangat nggak terduga saya menjadi salah 1 best student (kadonya dari KKI waktu itu adalah seperangkat peralatan zerowaste dengan paket zerowaste yang sangat ciamik. 😍😍😍😍). Berkenalan dengan ibu Tata (salah 1 co founder Gemar Rapi) juga menguatkan mindset saya menjadi salah satu pelaku hidup minim sampah.

Dalam metode berbenah konmari, memang tidak ada bahasan mengenai minim sampah. Justru menurut saya, pada saat saya berbenah, saya menghasilkan buanyaakk sekali "sampah". 😂😂😂 terutama pakaian, peralatan rumah tangga berupa aneka plastik kontainer, kardus-kardus dan bahkan sebuah lemari. 😙

Dimulai dari menentukan pola hidup baru, kemudian melakukan pemilihan berbagai barang yang ada di rumah berdasarkan prinsip "spark joy" kemudian memberikan "rumah" kepada masing-masing barang, metode konmari memang memberikan dampak pola minim sampah dalam kehidupan saya. Setelah selesai berbenah, barang-barang yang tidak spark joy, saya usahakan untuk di re-use/adopsi oleh teman-teman saya/pak satpam yang membutuhkan atau diadopsi studio untuk di re-purpose. Sisanya diambil pemulung dan menjadi residu.

Bagaimana metode konmari dapat memberikan dampak minim sampah? Secara sederhana, selama melakukan festival berbenah, metode konmari menyarankan untuk menggunakan barang yang ada disekitar untuk dijadikan wadah penyimpanan sementara, seperti re-use kotak sepatu/mengalihfungsi kontainer plastik yang ada. Juga setelah melakukan festival berbenah, pelaku berbenah diharapkan tidak lagi membeli barang-barang yang tidak spark joy apalagi mengumpulkan barang-barang asal-asalan sehingga tertumpuk kembali. Menggunakan barang yang telah dipilih semaksimal mungkin sampai tidak lagi spark joy. Semua orang juga pasti tidak ingin lagi melihat ceceran barang yang tidak ada rumahnya apalagi kembali menjadi tumpukan disuatu pojok ruang? Terus terang, saya pribadi nggak pernah ingin itu terjadi. 😂😂😂😂

Selain itu teman-teman dan komunitas juga memberi saya banyak sekali pandangan baru mengenai bagaimana menata rumah dan menata kehidupan harian. Termasuk teman sekelas saya, mba chacha Enrica yang waktu itu hampir setiap hari saya colek-colek karena tetiba posting tugas-tugas minim sampah dari kelas Mba Dini. 😘

Less stress more life,

Healthy lifestyle,

Minimal living,

Adalah 3 mindset baru yang saya terapkan dalam melakukan berbenah. 

Dalam kehidupan saya pribadi, saya menerapkan salah satu bagian dari metode konmari yaitu "mengurangi sampai pas" barang-barang yang ingin saya simpan. Juga tidak memasukkan barang-barang baru yang tidak sesuai dengan mindset yang saya susun diawal berdasarkan metode konmari. Hasilnya, saya (dan keluarga di rumah) menjalani pola kehidupan minimalis, otomatis dalam keseharian saya sangat mengurangi pembelian barang-barang. Dalam rumah saya, nyaris tidak ada homedecor (yang iklannya sering bertebaran di sosial media). Kalaupun ada, sangat sederhana dan berfungsi ganda, biasanya recycle dari kayu bekas dan membeli lokal. Hiasan penyegaran biasanya berupa tanaman (sansevieria dan beberapa tanaman dalam ruang). Menggunakan secara maksimal suatu barang yang spark joy sampai hancur. Saya betul-betul memilih barang paling spark joy, sehingga kecil kemungkinan kemungkinan saya merasa bosan dengan cepat.

Jika harus memasukkan sesuatu, misalnya pakaian, selain syarat spark joy, saya juga menambahkan syarat lain misalnya berbahan alami (sesuai dengan pola hidup sehat ala vegan yang saya jalani.)

Sampai saat ini, saya masih tetap mengevalusi kehidupan harian saya apakah masih tetap sejalan dengan perbaikan pola pikir yang saya buat diawal tahap saya berbenah dengan metode konmari. Harapan saya, tetap ROMANTIS (sejalan dan berkelanjutan). Mohon dukungan nya, minna saaan.. 😘😘😘😘